Artikel ini saya tulis untuk sebuah mailing list, dan sekarang saya sertakan di blog saya ini dengan sedikit perbaikan
-----------------------------------------------------------------
Hari Raya Natal dalam kalender Gereja Latin dimulai sejak Ibadat Sore pertama Natal (Vesper I), yaitu tanggal 24 Desember senja hari.
Pada 24 Desember senja hari, dirayakan Vigili Natal, yang memulai seluruh rangkaian proklamasi dan Liturgi kelahiran Kristus, teofani Allah dalam daging.
Vigili Natal belum secara spesifik merayakan kelahiran Kristus, tetapi bercorak menanti proklamasi kelahiran Kristus.
Seperti seorang ayah menanti anak yang sedang dilahirkan, kita menanti jeritan tangis pertama anak yang sudah didamba-dambakan tersebut lahir ke dunia.
"Hari ini kamu akan mengetahui bahwa Tuhan datang untuk menyelamatkan kita, dan besok kamu akan melihat kemuliaan-Nya," demikianlah Introitus pembukaan Misa Vigili Natal, yang disadur dari Keluaran 16:6-7.
Dalam Injil silsilah Yesus Kristus dibacakan dan dikisahkan Yosef menerima Maria ke dalam rumahnya (Matius 1:1-25).
Ketika hari berganti, yaitu pada (menjelang) tengah Malam, Gereja merayakan Liturgi Natal Tengah Malam.
Amat disayangkan bahwa di kebanyakan paroki, Liturgi Natal Tengah Malam ini biasa dirayakan sebagai pengganti Vigili Natal. Biasanya Gereja-gereja sudah merayakan Liturgi ini sejak tanggal 24 sore, walau sebenarnya ini praktek yang tidak tepat.
Mungkin alasannya karena umat tidak rela kehilangan momen pada perayaan paling meriah ini. Biasanya dimulai dengan pembacaan Kalenda (Proklamasi Kelahiran Yesus Kristus) yang diambil dari Ibadat Bacaan (Ofisi Matins) Natal, kemudian tergantung tradisi lokal setempat patung kanak-kanak Yesus biasa di tahtakan.
Gereja dipenuhi kekaguman ketika seruan Allah Bapa bergema memenuhi Gereja, di tengah malam yang dingin dan gelap dan kilapan cahaya lilin:
"Ia berkata kepadaku: 'Anak-Ku engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini! Mengapa rusuh bangsa-bangsa, mengapa suku-suku bangsa mereka-reka perkara yang sia-sia? Raja-raja dunia bersiap-siap dan para pembesar bermufakat bersama-sama melawan TUHAN dan yang diurapi-Nya: Mintalah kepada-Ku, maka bangsa-bangsa akan Kuberikan kepadamu menjadi milik pusakamu, dan ujung bumi menjadi kepunyaanmu." (Mazmur 2:7, 1, 2, 8).
Begitulah bunyi Introitus pembukaan kelahiran Yesus Kristus, sabda Allah Bapa kepada PuteraNya yang amat dikasihiNya.
Walau kelemah-lembutan, kesederhanaan, dan kemiskinan Kristus sering menjadi perhatian kita selama Natal, Introit Natal Tengah Malam sebenarnya memberikan nuansa yang sama sekali berbeda.
Di satu sisi, ini adalah pernyataan keilahian Yesus Kristus, kata-kata yang sama bergema pula saat Pembaptisan Yesus dan ketika Yesus dipermuliakan dengan berubah rupa di atas gunung Tabor.
Di satu sisi, memperlihatkan bahwa Yesus adalah raja Israel, keturunan Daud yang selama ini dinanti-nantikan, sudah tiba saatnya Israel dibebaskan dari perhambaannya. Kita berhadapan dengan seorang Raja yang sangat mulia. Mazmur 2, sebagai informasi, adalah Mazmur yang dinyanyikan ketika Raja Israel naik tahta.
Suara liturgi ini sering kali hilang, tertelan lantunan lagu-lagu Natal populer bahkan sekuler, yang walaupun mungkin tidak kehilangan seluruh semangat Natal, namun sepertinya malu menampilkan sisi rajawi-ilahi Kristus.
Drama Natal dan segala paradoksnya dimulai. Raja yang sedemikian mulia, yang dimaklumkan sendiri oleh Bapa, lahir di tempat tumpangan, diletakkan di palungan. KeberadaanNya yang lemah, membuat kita iba. Namun Ia penuh kuasa! Sia-sialah kuasa dunia dihadapanNya, Ia akan menaklukkan seluruh alam raya!
Injil malam ini, Lukas 2:1-14, menceritakan kelanjutan dari Vigili Natal yang dirayakan beberapa saat sebelumnya. Yesus lahir di Betlehem, dan isi surga merayakannya. Balatentara malaikat memproklamasikan kelahiranNya kepada para gembala di padang: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud."
Namun, perayaan kita belum selesai sampai di sini. Walaupun ini mungkin liturgi Natal yang paling banyak kita ikuti dan kita nanti-nantikan.
Pada saat fajar merekah, Gereja kembali menghadap Kristus dalam Liturgi Natal Fajar.
Introitus Liturgi Natal Fajar diambil dari Yesaya 9:2,6: "Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar. Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai."
Seperti merekahnya fajar dan mulai bersinarnya cahaya mengenyahkan kegelapan, demikian juga harapan dan sukacita yang dibawa pada perayaan Natal Fajar ini. Semalam kita telah menantikan dan telah melihat sendiri sang Terang. Kita telah menyaksikan "Terang yang besar," sang Putera telah diberikan kepada kita, seorang Raja yang akan memerintah kita.
Bagaimana tanggapan kita? Apa yang pantas kita berikan kepadaNya? Mari kita bersama para gembala, seperti dikisahkan pada Injil pada fajar ini (Luk 2:15-20), datang menghadap Dia. Mereka menceritakan perbuatan ajaib Allah kepada mereka, tentang para malaikat yang memberitakan kelahiran Kristus, dan mereka pulang kembali dengan sukacita sambil memuliakan Allah.
Fajar telah usai, dan Gereja merenungkan misteri besar ini dalam Liturgi Natal Siang. Tepatnya ini adalah Liturgi Natal yang dirayakan pada tanggal 25 Desember setelah fajar, entah siang hari, sore, atau malam.
Sekali lagi Gereja menyerukan perbuatan besar Allah, "seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib. Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib." (Introit Pembukaan Yesaya 9:6, Mazmur 98:1).
Seruan terhadap karya ajaib Allah ini menjiwai seluruh Liturgi Natal Siang, terutama dalam Injil Liturgi Natal Siang, yang kedalaman dan keindahannya begitu menjiwai Gereja, Yohanes 1:1-18: "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah..."
Kita telah sekilas pandang ambil bagian dalam perayaan Liturgi Hari Raya Natal HARI PERTAMA.
Mengejutkan? Natal adalah salah satu hari raya yang pada kalender Liturgi Latin dirayakan sebagai Oktaf (satu lagi yang dirayakan sebagai Oktaf adalah Hari Raya Paskah). Artinya Hari Raya Natal dirayakan selama 8 hari sebagai satu perayaan.
Secara Liturgis, hari-hari dari tanggal 25 - 31 Desember dirayakan sebagai Hari Raya Natal, dalam setiap perayaan Liturgi Gereja (Ekaristi, Ibadat Harian).
Pada Oktaf Natal jatuh beberapa pesta: 26 Desember Pesta St. Stefanus, martir pertama. 27 Desember Pesta St. Yohanes, pengarang Injil. 28 Desember Pesta Kanak-kanak Suci, martir. Juga dirayakan Pesta Keluarga Kudus pada hari Minggu dalam Oktaf Natal (atau dirayakan tgl 30 Desember jika tidak ada hari Minggu yang jatuh pada Oktaf Natal).
Oktaf Natal ditutup dengan perayaan Hari Raya Maria Bunda Allah pada tanggal 1 Januari (Pesta Yesus Disunat menurut kalender liturgi lama, seusai tradisi Yahudi, seorang anak disunat pada hari ke-8).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar