Rabu, 03 November 2010

Lagu dalam Liturgi

Mungkin bagi yang ikut Retret Destination Confirmed 2010 kemarin, ada yang terkejut ketika mendengar Antifon Komuni dinyanyikan.
Ada juga yang menanyakan, apa sih itu? Apa bedanya dengan lagu yang biasa dinyanyikan saat Misa?

Mungkin agak mengejutkan tetapi karakteristik Liturgi Ekaristi Romawi sangat minim madah/lagu, tetapi kaya akan kutipan Mazmur yang dinyanyikan berwujud ulangan dan ayat.

Seperti juga doa pembukaan, doa persiapan persembahan dan doa penutup yang sudah baku untuk tiap hari sepanjang tahun, demikian juga sebenarnya nyanyian liturgis dalam Misa.

Untuk tiap hari, sudah dirumuskan teks nyanyian yang berupa kutipan Kitab Suci, yang sangat berkaitan dengan bacaan hari itu, yaitu: Introit (pembukaan), Graduale (antifon tanggapan) yang sepadan dengan Mazmur Tanggapan, Bait Pengantar Injil, Sekwensia (untuk hari raya tertentu), Offertorium (persiapan persembahan), dan Communio (komuni).

Dari kalimat pertama Introit, biasanya kita menamai Misa dalam tahun Liturgi. Misalnya, Minggu Gaudete pada Minggu III Adven, diambil dari kalimat pertama Introit Minggu III Adven: "Gaudete in Domino semper: iterum dico, gaudete...", yang artinya: Bersukacitalah selalu dalam Tuhan, kukatakan sekali lagi bersukacitalah. Yang merupakan teks dari Filipi 4:4-5.

Pada pelaksanaan Misa extraordinaria, yang juga dirayakan oleh Gereja disamping Misa Paus Paulus VI yang biasa dirayakan dan kita kenal, bagian-bagian ini tidak boleh dilewatkan imam dan harus didoakan imam selain dinyanyikan umat/koor.

Nyanyian Liturgi sepanjang tahun ini diterbitkan sebagai buku yang disebut Graduale Romanum.
Namun karena sering kali ditemukan nada-nada kompleks yang sulit dinyanyikan koor/jemaat yang tidak punya paduan suara yang baik, diterbitkan juga Graduale Simplex, yaitu Nyanyian Gradual sederhana yang dapat dipakai sepanjang tahun.

Jika tidak dinyanyikan, untuk tiap perayaan Misa ada yang disebut Antifon (Pembukaan-Komuni), yang menurut ketentuan dibacakan oleh umat/imam. Karena teksnya untuk dibacakan, bisa sedikit berbeda dengan teks dari Graduale Romanum, namun umumnya teksnya sama. Misalnya, untuk Hari Raya Kristus Raja, baik Introit maupun Antifon Pembukaan diambil dari Why 5:12,1:6.

Lalu, mengapa sekarang sepertinya umat bahkan tidak tahu bahwa normatifnya nyanyian dalam Misa sebenarnya bagian dari Teks Liturgi yang sudah ditentukan?
Malahan timbul salah kaprah bahwa bagian-bagian dalam Misa yang biasa diisi lagu, merupakan selingan yang bisa diganti atau dipilih lagu sesuka hati. Misa perkawinan misalnya.

Ada beberapa sebab:
1. Terjadinya pengembangan Leksionari, yang tadinya berulang setiap setahun, menjadi 3 tahun (Tahun A, B, C). Ini diterbitkan lebih dulu selagi Graduale Romanum diekspansi menjadi masa liturgi 3 tahun. Akibatnya timbul kekosongan.
2. Undangan bagi para musisi untuk menelurkan lagu-lagu baru, ditambah panggilan untuk inkulturasi.
3. Kekacauan interpretasi untuk keterbukaan terhadap dunia atas nama "Semangat Konsili Vatikan II."
4. Penggunaan bahasa setempat.
5. Provisio dalam Pedoman Umum Misale Romawi, yang mengatakan:

....Nyanyian tersebut dapat berupa mazmur dengan antifonnya yang di ambil dari Graduale Romanum atau dari Graduale Simplex. Tetapi boleh juga digunakan nyanyian lain yang sesuai dengan sifat perayaan, sifat pesta, dan suasana masa liturgi, asal teksnya disahkan oleh Konferensi Uskup. (Pedoman Umum Misale Romawi 48)

Provisio lagu lain ini utamanya ditujukan bagi Konferensi Waligereja untuk melakukan penterjemahan dan inkulturasi Graduale, dan memacu para pemusik untuk menghasilkan karya lagu liturgis, yang itupun harus disahkan oleh Konferensi Waligereja setempat untuk menjamin teks dan nada, sesuai dengan kaidah Liturgi.

Dalam kekosongan teks Graduale dalam bahasa lokal, bahasa Latin ditinggalkan sama sekali demi bahasa setempat (walaupun Pedoman Umum Misale Romawi mengatakan bahwa Nyanyian Gregorian dan bahasa Latin menempati tempat terhormat dan umat dihimbau untuk tidak sama sekali buta terhadap teks Latin yang umum), dan semangat menggebu-gebu untuk usaha inkulturisasi, kekosongan ini diisi oleh lagu-lagu yang awalnya eksperimentatif, tapi kemudian menjadi permanen karena kebiasaan. Sementara itu, Graduale tidak pernah diterjemahkan. Di Indonesia, yang sukses diinkulturisasikan barulah Mazmur Tanggapan.

Dari sini timbul pemikiran bahwa semua lagu boleh digunakan.
Di sini perlu diperhatikan bahwa tidak semua lagu rohani adalah lagu Liturgis.
Mudahnya, nyanyian/lagu Liturgis adalah doa-doa Liturgi/Ibadat yang dinyanyikan, dan mengindahkan peraturan-peraturan menurut Tradisi dan Tertib Gerejawi.
Lagu liturgis adalah lagu rohani yang khusus. Dan adalah tugas Konferensi Waligereja untuk memastikan bahwa hanya lagu dan teks liturgis yang diperbolehkan untuk perayaan Liturgi.

Namun kecenderungan umat sekarang ini, adalah memasukkan lagu-lagu rohani apapun, bahkan lagu-lagu non-rohani ke dalam perayaan Liturgi. Padahal ini secara langsung bertentangan dengan tertib Gerejani (lihat Konstitusi tentang Musik di dalam Liturgi, Musicam Sacram).

Atas berbagai pertimbangan ini, saya mengusahakan untuk menggunakan kesempatan diberi tanggung jawab membantu jalannya perayaan Ekaristi dengan berusaha menggunakan pilihan lagu liturgis yang ada, dan menggunakan teks dari Antifon yang diseting ke dalam nada Mazmur dari Graduale Romanum (menggunakan nada yang lebih sederhana).

Penggunaan lagu-lagu yang biasa digunakan dalam Persekutuan Doa, saya batasi di luar perayaan Ekaristi (sebagai conditioning sebelum Misa dan pada akhir Misa). Penggunaan dalam Ekaristi sendiri saya batasi sebagai pilihan terakhir, itupun saya batasi lagi dari buku Kidung Syukur yang setidaknya mendapat persetujuan eksperimental dari KAJ.

Bukannya saya anti dengan lagu-lagu rohani populer, tetapi saya berusaha bertanggungjawab menempatkannya di tempat yang tepat berbekal informasi yang saya miliki.

Yang kedua karena saya melihat adanya potensi bahwa ini bisa dilakukan, baik oleh para singer dan pemusik, dan dukungan dari Romo Deshi dan Riko.

Semoga perayaan Ekaristi yang kita rayakan, justru menjadi sekolah yang membentuk kita, dan membuat kita lebih peka mendengarkan Firman Tuhan lewat Nyanyian Liturgis yang hampir semuanya adalah kutipan-kutipan Kitab Suci yang dinyanyikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar