Senin, 15 November 2010

Paus Memberi Rekomendasi untuk Meningkatkan Partisipasi Umat dalam Misa

Dalam exhortasi pasca sinode yang dikeluarkannya, Verbum Domini, Paus Benediktus XVI memberikan 7 rekomendasi praktis untuk meningkatkan partisipasi umat dalam mengikuti Misa:

Rekomendasi pertama menyangkut "perayaan sabda Allah" (ibadat sabda).

Berdasarkan rekomendasi dari para bapa sinode, para pastor harus lebih banyak memberikan waktu dan mempromosikan ibadat sabda bersama komunitas yang dipercayakan kepada mereka, dan menjadikan saat-saat itu sebagai "saat istimewa berjumpa langsung dengan Tuhan."


Beliau mengaktakan bahwa praktek ini akan sangat bermanfaat bagi umat dan harus dijadikan bagian penting dari formasi liturgi. Hal ini penting terutama untuk menyiapkan umat merayakan Ekaristi hari Minggu, membantu umat menyelami Leksionari (bacaan-bacaan selama tahun liturgi), berdoa dan merenungkan Kitab Suci, terutama pada masa-masa Adven, Natal, Prapaskah dan Paskah.

Ibadat sabda sangat penting terutama bagi jemaat dimana perayaan Ekaristi tidak dapat secara rutin dilaksanakan, sambil tetap menjaga agar perbedaan antara ibadat sabda dan Ekaristi tidak dikaburkan.

Juga sangat dianjurkan pada momen-momen seperti ziarah, pesta-pesta gereja, misi, retret, dan hari-hari tobat dan silih. Berbagai bentuk kesalehan umat (devosi), walaupun bukan tindakan liturgi dan jangan sampai mengaburkan perayaan liturgi, harus diinspirasikan oleh liturgi dan memberi tempat yang cukup untuk pewartaan sabda Allah.


Rekomendasi kedua menyangkut sabda dan keheningan.

Paus mengatakan bahwa sabda hanya bisa diujarkan dan didengarkan dalam keheningan, luar dan dalam (keheningan eksternal, suasana, maupun batin).

Sayangnya zaman kita sekarang tidak mendukung rekoleksi, dan ada impresi bahwa orang takut menjauhkan dirinya, bahkan sebentar saja, dari media massa (gadget, hape misalnya).

Karena itu, perlu mendidik umat akan nilai keheningan. Menemukan kembali sentralitas sabda Allah dalam hidup Gereja berarti juga menemukan kembali keheningan, rekoleksi batin, sebab hanya dalam keheningan sabda Allah menemukan tempat dalam diri kita.

Untuk itu Paus meminta perayaan sabda (liturgi dan ibadat sabda) dirayakan sedemikian sehingga mendukung meditasi/perenungan. "Hening, pada tempatnya dalam perayaan, harus dianggap sebagai bagian dari perayaan."

Rekomendasi ketiga menyangkut pewartaan sabda secara khidmat (solemn).
 
Anjuran selanjutnya yang datang dari sinode adalah supaya pewartaan sabda, Injil utamanya, dilakukan lebih khidmat, terutama pada pesta-pesta liturgi utama, dengan mengarak Injil dalam perarakan pada ritus pembuka dan kemudian dibawa ke mimbar oleh seorang diakon atau imam untuk diwartakan.
Ini akan membantu umat untuk menyadari bahwa "pewartaan Injil adalah titik puncak dalam liturgi sabda."
Sesuai Ordo Lectionum Missae, adalah baik jika pewartaan sabda Allah, terutama Injil, dimeriahkan dengan dilagukan, terutama pada hari-hari raya tertentu. Kalimat pembukaan: "Inilah Injil Yesus Kristus..", dan kalimat penutup: "Demikianlah Injil Tuhan," dapat dilagukan sebagai cara menekankan apa yang dibacakan.



Rekomendasi keempat menyangkut sabda Allah dalam Gereja.


Demi pewartaan sabda dapat ditangkap dengan baik oleh umat, harus juga diperhatikan akustik gereja, dengan tetap memperhatikan norma-norma liturgi dan arsitektur. Arsitektur gereja harus mendukung pewartaan sabda, untuk meditasi/perenungan dan perayaan Ekaristi. Bahkan diluar perayaan liturgi, gedung harus merepresentasikan misteri iman dalam hubungannya dengan sabda Allah.

Perhatian istimewa harus diberikan pada ambo (mimbar sabda). Mimbar harus diletakkan di tempat yang jelas terlihat dimana fokus umat secara natural akan mengarah selama perayaan liturgi sabda. Mimbar harus permanen, dihias seiras dengan altar, supaya terlihat secara jelas hubungan teologis dua meja (altar), sabda dan Ekaristi.

Bacaan-bacaan Kitab Suci, Mazmur dan Exultet harus dibawakan dari mimbar, dan dapat juga digunakan untuk homili dan doa umat.

Para bapa sinode juga menganjurkan bawha dalam gereja, ada tempat terhormat untuk Sabda Allah, bahkan di luar perayaan liturgis, tanpa mengesampingkan tempat sentral yang layak bagi tabernakel tempat disemayamkannya Sakramen Mahakudus.


Rekomendasi kelima, hanya sabda Allah saja yang diwartakan dalam Liturgi.


Para bapa sinode juga menggarisbawahi kembali apa yang sudah dinyatakan dalam hukum liturgi: bahwa bacaan dari Kitab Suci tidak pernah boleh diganti oleh bacaan lain, bahkan jika teks lain tersebut secara spiritual dan pastoral bermanfaat.

Harus senantiasa diingat dan diperhatikan bahwa Mazmur Tanggapan adalah juga sabda Allah dan karenanya tidak boleh diganti oleh teks lain. Adalah selayaknya bahwa Mazmur Tanggapan dinyanyikan.


Rekomendasi keenam menyangkut musik liturgis yang diilhami Kitab Suci

"Untuk menekankan sabda Allah dalam liturgi, perhatian harus diberikan terhadap penggunaan lagu pada saat yang diberikan sesuai ritus partikular. Lagu utamanya dipilih yang memiliki inspirasi biblis dan yang mengekspresikan, melalui harmoni musik dan nada, keindahan sabda Allah. Sebagian besar lagu yang diwariskan tradisi Gereja memenuhi kriteria ini. Saya secara khusus memaksudkan pentingnya lagu Gregorian."

Rekomendasi ketujuh, perhatian bagi mereka yang cacat.

Terutama bagi mereka yang tidak bisa mendengar dan melihat, perhatian harus diberikan bagi mereka supaya mereka dapat berjumpa dengan sabda Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar