Kamis, 20 Desember 2012

Katekismus sepanjang Tahun Iman 4


Potongan Katekismus hari ke-56 menggemakan pengajaran awal dari Teologi Tubuh (Theology of the Body) dari Paus Yohanes Paulus II secara padat dan singkat, yaitu akan keadaan manusia "pada awalnya."

Penciptaan manusia sebagai pria dan wanita adalah "persamaan dan perbedaan yang dikehendaki Allah." (KGK 369)
Tidak bisa dipungkiri martabat manusia, laki-laki dan perempuan, adalah setara: "bermartabat sama 'menurut citra Allah.'"
Tetapi Gereja tidak malu-malu mengatakan bahwa persamaan martabat tidak berarti perbedaan peran harus dihilangkan. Masyarakat modern menolak mengakui adanya perbedaan tugas dan peran antara laki-laki dan perempuan. Bahkan secara ekstrim sampai berusaha menutup mata terhadap perbedaan peran yang secara biologis diukir oleh Allah.
Dengan dalih bahwa perbedaan laki-laki dan perempuan tidak lebih dari konstruksi yang diciptakan masyarakat, David Reimer (22 Agt 1965 - 5 Mei 2004) akibat kecelakaan medis dibesarkan sebagai perempuan. Pada akhirnya ia mengakhiri hidup dengan bunuh diri.

Katekismus melanjutkan, walaupun Allah adalah Roh dan karenanya bukan laki-laki maupun perempuan, tetapi secara sengaja Ia menciptakan manusia sebagai laki-laki dan perempuan supaya "dalam 'kesempurnaan-kesempurnaan' pria dan wanita tercermin sesuatu dari kesempurnaan Allah yang tidak terbatas: ciri khas seorang ibu dan ciri khas seorang ayah dan suami." (KGK 370)

Katekismus hari ini juga menggemakan tema yang berisi pesan "Single 100% Happy." Sangat berbeda dengan lagu tema sinetron yang setiap hari gak habisnya dinyanyikan semua pengamen di bus kota di Jakarta: "karena separuh aku, dirimu."
Manusia yang hanya setengah penuh, akan senantiasa berusaha mengambil kepenuhannya dari orang lain. Tetapi 2 gelas setengah penuh yang disatukan hanya akan jadi satu gelas besar yang tetap setengah penuh. Allah menciptakan "manusia asali" untuk menjadi pribadi yang penuh, dan karena kepenuhan itulah mereka bisa saling menjadi penolong satu dengan yang lain:
"Pria dan wanita diciptakan 'satu untuk yang lain', bukan seakan-akan Allah membuat mereka sebagai manusia setengah-setengah dan tidak lengkap, melainkan la menciptakan mereka untuk satu persekutuan pribadi, sehingga kedua orang itu dapat menjadi 'penolong' satu untuk yang lain." (KGK 372)

Kepenuhan ini dikehendaki Allah, kepenuhan ini berakar dan bersumber dari persahabatan sejati antara Allah dan manusia.
"Manusia pertama diciptakan sebagai makhluk yang baik dan ditempatkan dalam persahabatan dengan Penciptanya dan dalam keselarasan dengan diri sendiri dan dengan ciptaan yang berada di sekitarnya." (KGK 374)

Keadaan ini disebut "Original Justice," yang dalam Katekismus disebut sebagai "Keadilan Purba."
Menarik istilah ini jarang keluar dalam bahasan Teologi Tubuh, tetapi bukan sama sekali tidak disentuh. Bisa dibilang, "Original Justice" adalah kesempurnaan penciptaan manusia pada awalnya, ketika "Kesendirian Asali" (Original Solitude), "Ketelanjangan Asali" (Original Nakedness) dan "Kebersatuan Asali" (Original Unity) dihidupi oleh "Manusia Asali" (Original Man). [lihat catatan kaki]
"Oleh sinar rahmat ini kehidupan manusiawi diperkuat menurut segala aspek. Selama manusia tinggal dalam hubungan erat dengan Allah, ia tidak perlu mati atau bersengsara. Keselarasan batin dari pribadi manusiawi, keselarasan antara pria dan wanita, dan keselarasan antara pasangan suami isteri pertama dan seluruh ciptaan merupakan keadaan yang dinamakan 'keadilan purba."' (KGK 376)

Merenungkan ini, memberi arti dan wawasan baru akan makna "keadilan." Keadilan bukan sekedar istilah politik, bukan sekedar istilah yuridis, bukan sesuatu yang negatif seperti biasanya kerap kita rasakan.. Keadilan adalah memenuhi rencana dan dipenuhi oleh kasih Allah.
Ini bisa menjadi bahan permenungan tersendiri, yang mungkin bisa kita kupas pada lain kesempatan.

Bagian terakhir dari Katekismus hari ke-56 ini juga sangat menyentak, yaitu rahmat yang diberikan Allah kepada manusia untuk menguasai alam.
Bekerja mengolah dan menjaga Firdaus bukanlah suatu beban, melainkan rahmat. Manusia dilibatkan sebagai "rekan sekerja Allah" sejak awal mulanya. Manusia bukan hanya citra Allah dalam hal pribadi maupun dalam communio, tetapi juga dalam karya.
Tidak bisa dipungkiri, kejatuhan manusia dalam dosa membuat kita menjadi "tiran" atas ciptaan.
Hewan, yang walaupun tidak sepadan dengan manusia, diciptakan Allah sebagai "penolong." Dosa menjadikan alam semesta sebagai komoditas.

Tetapi yang paling menyentak adalah, bahwa perintah untuk menguasai alam semesta, berarti juga kemampuan dan mandat Allah kepada manusia untuk pertama-tama "menguasai dirinya sendiri."
"'Kekuasaan' atas dunia yang diberikan oleh Allah kepada manusia sejak awal, dilaksanakan pada tempat pertama sekali di dalam manusia itu sendiri yaitu kekuasaan atas diri sendiri. Manusia dalam seluruh kodratnya utuh dan teratur, karena ia bebas dari tiga macam hawa nafsu, yang membuat dia menjadi hamba kenikmatan hawa nafsu, ketamakan akan harta duniawi, dan penonjolan diri yang bertentangan dengan petunjuk akal budi." (KGK 377)
Ini adalah rahmat, tetapi juga sekaligus adalah mandat yang diberikan Allah kepada manusia.

Bagi saya, kutipan ini sangat menggelisahkan dan membuka wawasan akan kejatuhan manusia ke dalam dosa, ke dalam drama "Manusia Historis" (Historical Man).
Kejatuhan manusia dimulai, bukan ketika ia berpegang terlalu erat pada "kekuasaan" yang diberikan Allah. Lucunya itu semua dimulai ketika manusia berhenti berpegang pada "kekuasaan" itu, membiarkan dirinya dikuasai oleh ular, yang ditemukan manusia sebagai "tidak sepadan." Dan sejak itu, kita hidup dengan berpegang erat-erat pada "kekuasaan" palsu yang berusaha kita raih sendiri, karena manusia telah merusak "kekuasaan" mula-mula yang diberikan Allah. Serpihan-serpihan itu masih ada, kuasa itu tidak sepenuhnya hilang, tapi berpegang pada serpihan saja tidak cukup. Manusia sering kali menjadi "tiran" karena berusaha melengkapi serpihan-serpihan yang hilang dengan apa yang tidak berasal dari Allah.

Inipun membuka wawasan baru kepada makna "kekuasaan." Betapa jauh berbeda makna "kekuasaan" yang kita kenal sekarang, yang terlintas di benak saya tanpa saya sadari selama ini, dari apa yang diberikan Allah "pada mulanya."

Di hari-hari mendatang kita akan masuki drama "Manusia Historis" dalam terang Katekismus Gereja Katolik.

---------------------------------------------------

Istilah-istilah tersebut digunakan Paus Yohanes Paulus II dalam katekisasinya tentang Teologi Tubuh yang disampaikan lewat 129 kali audiensi umumnya dari September 1979 sampai November 1984.
Beberapa literatur pengantar Teologi Tubuh dalam bahasa Indonesia lihat:


1. Lihatlah Tubuhku: Membebaskan Seks Bersama Yohanes Paulus II, Deshi Ramadhani SJ, Kanisius 2010.













 2. You Deserve The Truth: Tidak Semua Yang Kamu Dengar Itu Benar Adanya, FLAMMA 2011.

1 komentar:

  1. halo, apa tanggapan anda tentang bisnis foto seksi menurut Tuhan?
    thank you :)

    BalasHapus