Sabtu, 11 September 2010

"Bahasa Liturgi"

Ketika kita bicara soal bahasa Liturgi, apakah maksudnya adalah bahasa Latin atau bahasa-bahasa kuno lainnya yang sebagian besar dari kita tidak lagi kita pahami?

Utamanya yang hendak saya maksudkan bukan bahasa Latin, bahasa Indonesia, atau bahasa Inggris.
Melainkan yang saya maksud bahasa Liturgi adalah bahwa Liturgi secara keseluruhan berusaha mengkomunikasikan sesuatu kepada kita, suatu ajaran, pembentukan, doa, makna.

Ini diwujudnyatakan dalam seluruh pelaksanaan Liturgi.
Simbol yang digunakan mengutarakan makna. Arsitektur yang ada menyuarakan makna. Alat-alat Liturgis yang digunakan memiliki makna. Gerakan yang dilaksanakan memiliki makna. Lagu-lagu liturgis, yang dengan sangat hati-hati dibedakan dari lagu-lagu rohani lainnya, berusaha menyampaikan makna. Dan utamanya teks Liturgis itu sendiri berusaha menyampaikan makna.
Sementara itu norma dan aturan Liturgi dibuat untuk menjaga supaya apa yang hendak disampaikan itu tidak kehilangan maknanya, dan diteruskan dari generasi ke generasi dengan setia.

Walaupun Liturgi adalah entitas yang hidup, yang berubah sedikit atau banyak, semua ini harus dilakukan oleh otoritas yang berwenang, sebagai bagian dari pelaksanaan penggembalaan dan kuasa mengajar Gereja yang dijamin dalam iman, disertai oleh Roh Kudus, walaupun manusia-manusianya rapuh dan berdosa. Itu sebabnya seorang pribadi manapun tidak memiliki kuasa dari dirinya sendiri untuk menambah/mengurangi apapun dari Liturgi.

Itu juga sebabnya mengapa menterjemahkan teks Liturgi adalah tugas yang sangat sulit, dan harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Kita masih ingat arahan Gereja dengan mengeluarkannya dokumen Liturgiam Authenticam yang memerintahkan agar terjemahan teks Liturgi dikerjakan dengan setia terhadap teks asli dan bukan sekedar parafrase. Ini penting, karena seperti juga Kitab Suci, banyak kata-kata dalam Liturgi yang memiliki makna analogis yang dalam, yang walaupun mungkin terdengar janggal tetapi dengan setia digunakan dalam Kitab Suci.

Di sini masuk tugas Gereja yang kedua, yaitu Mistagogia, yang artinya penyingkapan Misteri. Dimana Liturgi dan Sakramen dibukakan dalam pengajaran sehingga umat memahami dengan baik kenyataan rohani yang terjadi dan mampu menimba daripadanya rahmat yang begitu dalam.

Ambil bagian dalam Liturgi selayaknya setara dengan Lectio Divina, dimana kata-kata Kitab Suci kita serap berbagai maknanya: literal, historis, spiritual. Demikian juga Liturgi memiliki semua aspek tersebut.

Ambil bagian dalam Liturgi adalah mengecap proyeksi Surga sudah pada di bumi ini. Liturgi kita di bumi ini adalah proyeksi Liturgi Ilahi yang tak kunjung berakhir di Surga nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar