Sabtu, 11 September 2010

Karya Roh dan Liturgi

Sering kali kita dihadapkan pada pernyataan, "lihatlah buah-buahnya."
Ketika seseorang berkata, bahwa dirinya tergerak, hidupnya diubahkan oleh dalam sebuah Liturgi yang penuh dengan banyak pelanggaran, apa tidak bisa kita berkata, buahnya lebih penting daripada aturan Liturgi?
Tidakkah ini dapat menjadi pembenaran, alasan, untuk menjustifikasi segala innovasi Liturgi yang terjadi dan dilakukan?
Apakah dalam situasi demikian Roh Kudus tidak bekerja? Atau apakah juga Roh Kudus tidak bekerja dalam komunitas yang tidak memiliki Liturgi seperti Gereja Katolik?

Saya harus katakan bahwa dalam keadaan demikianpun Roh Kudus tetap bekerja.
Namun bukan karena Roh tetap berkarya maka kita menjadi lalai dalam membaca dan berusaha memahami dengan seksama, apa yang Liturgi hendak sampaikan kepada kita lewat segala norma, rubik, aturan dan teksnya itu sendiri.

Justru dari pertanyaan ini saya bisa merasakan apa yang saat ini sangat dibutuhkan Gereja Katolik dewasa ini, yaitu formasi Liturgis yang tepat. Karena Liturgi tidak sama dengan ibadah dan persekutuan doa manapun. Liturgi tidak setara dengan devosi apapun.

Kita tertarik kalau kita mengerti dan paham realitas rohani yang tersembunyi di dalam Liturgi.
Tetapi menjadikan Liturgi menarik demi menarik orang dan membuyarkan berbagai dimensi Liturgis demi semarak yang menarik, atau tertarik demi tertarik itu sendiri adalah bahaya besar yang harus dihindari.

Roh Kudus dapat bekerja lewat semua sarana yang Ia inginkan, namun Ia juga mendirikan sarana yang pasti.
Dalam iman Katolik, kepenuhan karya Roh Kudus ditemukan dalam Gereja Katolik dalam persatuan hirarkinya dengan pengganti Petrus.
Kepadanya dipercayakan Sakramen-sakramen dan Liturgi sebagai karya utama Allah dan Gereja menguduskan jemaat dan dunia.

Karena itu, secara obyektif Liturgi adalah identitas Gereja. Hanya dalam Liturgi terjadi rekapitulasi sejarah keselamatan dari zaman ke zaman, dimana Gereja dalam Liturgi bersatu dengan seluruh ciptaan di surga dan di bumi, melaksanakan imamat Kristus bersama dengan Kristus sebagai kepala.

Ini kenyataan teologis yang tidak terjadi dalam ibadah, persekutuan doa, devosi pribadi, doa-doa pribadi, atau sel misalnya. Dimana kita berdoa bersama atas nama diri sendiri atau kelompok kita tetapi bukan atas nama seluruh Gereja. Bukan berarti semua itu tidak berguna, sebaliknya sangat mendukung dan berguna jika mendukung dan diairi oleh rahmat yang kita terima dari Liturgi Gereja. Dengan demikian keseharian hidup kita, doa-doa kita, persekutuan kita menjadi perpanjangan Liturgi yang tidak berakhir.

Dan jika kita percaya bahwa kepenuhan itu ada dalam diri Gereja Katolik, maka Gereja Katolik posisi dan peranannya adalah khusus dalam sejarah. Di situ kita temukan kepastian yang sudah didirikan Allah.

Liturgi, seperti juga Kitab Suci harus dilihat sebagai karya Allah dan manusia. Liturgi tidak sama dengan sekedar tata-ibadah. Liturgi tidak berarti hanya kumpulan simbol, tata gerak, pilihan lagu. Tetapi Liturgi adalah perwujudan Yerusalem Surgawi, ibadah ilahi yang dipercayakan kepada Gereja. Karena itu, dalam Liturgi ini kita tahu dengan jelas dan pasti Roh Kudus berkarya, hadir dan dalam segala kepenuhannya meraja. Liturgi sangat erat hubungannya dengan tatanan Sakramental Gereja, utamanya Baptisan, Tahbisan suci dan Ekaristi.

Karena itu, secara obyektif Komunitas Gerejani lain yang membuang tahbisan Apostolik dan Liturgi yang dipercayakan kepadanya, mengalami cacat. Apakah Roh Kudus bisa berkarya dengan luar biasa dalam situasi demikian? Bisa. Tetapi mereka tidak dapat mengalami karya Allah yang secara istimewa dikerjakan Allah dalam Liturgi.

Sementara kita yang dipercayakan dengan kepenuhan Liturgis, punya segala tanggungjawab untuk memastikan bahwa kuat kuasa yang diberikan Allah dalam Liturgi dijaga dengan hati-hati, diajarkan dan dimengerti dan dilaksanakan dengan taat.

Sama seperti Sakramen. Apakah ibadah-ibadah umat agama lain yang tidak memiliki Sakramen Ekaristi, dalamnya Roh Kudus tidak bekerja? Ekaristi itulah yang menjadi jaminan dan yang memperlihatkan dengan pasti bahwa Roh Kudus bekerja. Mereka yang tidak memilikinya diundang untuk bersatu dengan Gereja Katolik untuk ambil bagian dalam kepenuhan tersebut. Ini adalah tugas kita untuk memberi kesaksian bahwa dalam diri Gereja Katolik ada kepenuhan yang belum mereka miliki, dan kita mengundang mereka untuk bersatu dengan Gereja Katolik.

Tetapi lalai mengakui dan menjunjung apa yang dipercayakan kepada kita, berarti kita mengeringkan sendiri sumber karya Roh yang dipercayakan kepada kita untuk dibagikan kepada orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar